Masa yang terlewati menjadi kenangan yang berarti, dimana saat yang lain memperlihatkan kemegahan yang ia miliki, bagiku semua bukan hanya mimpi yang bisa diwujudkan. "Rumaku Memang Tak Seindah Istana" inilah yang aku rasakan bersama Isteri dan Anakku.
Tampak sebuah rumah tua yang berwarna merah hati serta kusam, yang hanya berbahan kayu, terlihat atap terbagi dua, ada yang genteng ada yang asbes, itupun bukan baru melainkan bekas semua, karena itulah kemampuan yang ada.
Tak menghilangkan rasa syukur kami dalam rumah berukuran 8X5 ini. Yang didalamnya ada 2 kamar tidur yang cukup, satu kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Bisa dibayangkan betapa sempit isi dalam rumah ini, tetkala sanak saudara beserta orangtua berkunjung tempat ini terasa sangatlah sempit, sehingga mereka harus bersantai dan beristirahat diluar rumah.
Masih sangat gamblang ingatan ini, saat malam pertama memejamkan matanya untuk memulai kehidupan baru disini, tepat tanggal 29 maret 2016 kami berpindah disini. Dimana air yang menjadi sumber kehidupan masih numpang di Masjid, karena belum punya sumur. Listrik masih numpang sama saudara karena belum bisa pasang listrik.
Ya itulah yang kami rasakan dalam rumah ini. Rumah yang tingginya tak seberapa, membuat rasa panas di siang hari seolah matahari tepat diatas atap, begitujuga saat hujan mengguyur tetesan demi tetesan airpun harus kami siapkan wadah, disinilah saat dimana hati ini harus tetap bersyukur atas rahmat yang diberikan.
Namun dibalik semua itu ternyata ada hikmah yang luar biasa, yang insha Allah akan saya ceritakan kembali pada lain waktu...
Inilah yang saya dan isteri alami,,,
Untuk saudara dan teman-temaku saya ucapkan terimakasih, karena tidak memandang sebelah mata dari saya...
ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapusSemangat terus
BalasHapus